Jika karyawan tidak puas di tempat kerja, bisa jadi sebagian karena gaya manajemen atasan mereka. Hasil sebuah penelitian baru oleh Dr Nicolas Gillet, dari Universite François Rabelais di Prancis, dan timnya.
Manajer yang menggunakan ancaman sebagai cara untuk memotivasi karyawan, organisasi yang tidak mendukung kontribusi individu, perasaan frustrasi pada kebutuhan dasar untuk otonomi, kompetensi, dan keterkaitan dengan rekan kerja, cenderung memiliki dampak negatif pada kesejahteraan karyawan.
Penelitian ini berjudul The Impact of Organizational Factors on Psychological Needs and Their Relations with Well-Being, dipublikasikan secara online dalam Springer’s Journal of Business and Psychology, dikutip Science Daily.
Kesejahteraan di tempat kerja memiliki perhatian lebih karena memiliki dampak pada ekonomi perusahaan, terutama bila peforma kinerja buruk. Para peneliti melihat dampak dari dukungan organisasi yang dirasakan dan gaya interpersonal atasan pada kesejahteraan karyawan.
Pekerja diminta untuk mengisi kuesioner yang menanyakan tentang persepsi mereka pada gaya manajemen supervisor mereka, serta sejauh mana mereka merasa bahwa organisasi mendukung mereka.
Para karyawan yang merasa bahwa atasan mereka mendukung otonomi mereka, kompetensi dan keterkaitan dengan rekan kerja juga adanya dukungan dari organisasi, menunjukkan rasa bahagia dan meningkatkan kepuasan. Sebaliknya, karyawan yang merasa atasan mereka berperilaku memaksa, menekan, dan otoriter, dan organisasi dianggap tidak mendukung mereka, menunjukkan tingkat kesejahteraan yang lebih rendah.
Para peneliti menyimpulkan bahwa penelitian ini menunjukkan bahwa kedua faktor yaitu organisasi dan manajerial memiliki pengaruh pada kepuasan atau rasa frustrasi. Supervisor harus memberikan bawahan pilihan dari pada ancaman dan melakukan strategi yang dapat meningkatkan tenaga kerja dengan baik.