Perancis, Siswa dapat melakukan segala sesuatu lebih baik dan lebih percaya diri di sekolah, bila mereka diberitahu bahwa kesulitan adalah sesuatu yang lumrah dari proses belajar. Sebaliknya, bukan semakin menekan anak untuk berhasil dan mendapatkan nilai bagus.
Pernyataan tersebut merupakan hasil penelitian baru yang diterbitkan pada 5 July kemarin oleh American Psychological Association dalam Journal of Experimental Psychology: General, oleh Frederique Autin, PhD.
“Terlalu terobsesi dengan kesuksesan, siswa akan takut gagal, mereka enggan mengambil langkah-langkah sulit untuk menguasai materi baru. Mengakui bahwa kesulitan adalah bagian dari belajar, bisa menghentikan lingkaran setan,” kata Frederique Autin, PhD, seorang peneliti di University of Poitiers, Perancis.
Kesulitan banyak dipandang sebagai momok oleh kebanyakan siswa, apalagi bila mereka dituntut untuk berhasil. Pemahaman ini justru menciptakan rasa ketidakmampuan diri ketika dihadapkan dengan kesulitan, yang pada gilirannya mengganggu proses belajar.
“Penelitian ini dapat mencerahkan bagi guru, orang tua dan siswa. Orang biasanya percaya bahwa prestasi akademik hanya mencerminkan kemampuan akademik siswa, tapi guru dan orang tua mungkin dapat membantu siswa berhasil hanya dengan mengubah cara pandang mereka,” kata Jean-Claude Croizet, PhD, seorang Profesor Psikologi di University of Poitiers yang mengawasi penelitian ini.
Seperti halnya menaiki sepeda, anak akan terus mencoba untuk bisa bersepeda, karena mereka tahu, jatuh saat bersepeda merupakan hal yang biasa dalam proses bisa bersepeda. Perlakuan yang sama perlu diterapkan dalam proses belajar di lingkungan akademik.
Ekperimen yang dilakukan oleh Autin menyebutkan, siswa yang diberitahu bahwa kesulitan dan kegagalan adalah hal biasa, secara signifikan lebih baik dalam mengerjakan tes dan aktif berdiskusi bersama peneliti, dibandingkan dengan kelompok siswa lain yang tidak memahami hal itu.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan anak meningkat hanya dengan meningkatkan rasa percaya diri dan mengurangi ketakutan siswa terhadap kegagalan.
“Para guru dan orang tua harus menekankan proses kemajuan anak dari pada fokus pada nilai dan skor tes. Belajar membutuhkan waktu dan setiap langkah dalam proses tersebut harus dihargai, terutama pada tahap awal belajar, ketika kemungkinan besar mereka akan mengalami kegagalan,” tutup Autin.