Sebuah hasil penelitian baru dengan pendekatan indigenous psychology (psikologi konteks kultural) pada masyarakat etnis jawa menunjukkan bahwa, sikap “ngemong” dari orang tua yang terdiri dari asih, asah, dan asuh secara kuat mempengaruhi pembentukan kepercayaan anak.
Kata ngemong digunakan untuk menggambarkan hubungan orang tua dan anak, terutama dalam konteks budaya Jawa. Jawa adalah salah satu kelompok etnis di Indonesia. Ngemong terdiri dari tiga komponen pengasuhan: memberikan kasih sayang (asih), merangsang potensi anak (Asah), dan memenuhi kebutuhan anak (asuh).
Penelitian ini akan dipublikasikan oleh Internasional Journal of Research Studies in Psychology (IJRSP) pada Juni 2012, yang ditulis oleh M.A. Hakim, H.B. Thontowi, Kwartarini Wahyu Y. dari Center for Indigenous and Cultural Psychology (CICP) Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta dan Uichol Kim dari College of Business Administration, Inha University, Incheon, Korea.
“Penelitian itu bertujuan untuk memahami faktor-faktor apa saja yang membentuk kepercayaan anak Jawa kepada orangtuanya menurut kacamata si anak sendiri.” Kata M.A. Hakim ketika dihubungi Psikologi Zone.
Lebih jauh, penelitian ini mendemonstrasikan adanya perbedaan pola kepercayaan anak kepada ayah dan ibu dalam konteks Jawa.
“Kepercayaan anak kepada ibu cenderung didasari oleh nilai asih dan asuh terwujud dalam bentuk kasih sayang dan pengasuhan yang diberikan oleh ibu, sementara alasan anak percaya kepada ayah lebih didasarkan pada perannya sebagai pendidik utama dalam keluarga yang merepresentasikan nilai asah.” Ungkap Hakim.
Penelitian ini menguji alasan mengapa orang Jawa percaya pada ibu dan ayah mereka. Subjek penelitian sebanyak 356 mahasiswa etnis Jawa di Universitas Gadjah Mada. Laki-laki sebanyak 97 orang dan wanita sebanyak 259 orang.
Banyak psikolog percaya bahwa karakteristik kepercayaan pada anak-anak dalam konteks keluarga menjadi dasar hubungan sosial, terutama dalam interkasi sosial. Diharapkan orang tua juga harus belajar memahami anak-anak mereka untuk memfasilitasi mereka tumbuh, dan akhirnya menimbulkan prestasi.
Pendidikan orang tua dalam membentuk kepercayaan merupakan sesuatu yang mungkin perlu untuk dikembangkan dan dibangun untuk tumbuh kembang anak. Dalam skala yang lebih luas kepercayaan dapat mengurangi benturan dan gesekan sosial, yang (diduga) berasal dari kurangnya kepercayaan antar kelompok sosial.
Sebuah fondasi kepercayaan yang kuat, pada akhirnya membentuk masyarakat yang harmonis di bawah bingkai Bhinneka Tunggal Ika, dasar nasionalisme Indonesia.